RSS

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN, MOTIVASI BERPRESTASI, DAN KEBIASAAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Anonim, 2003: 3).
Penyempurnaan kurikulum harus mengacu pada undang-undang tersebut.
Kurikulum 2004 bertujuan untuk mewujudkan peningkatan mutu dan relevansi
pendidikan yang dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi
manusia Indonesia seutuhnya. Dalam kurikulum ini diberlakukan standar nasional
pendidikan yang berkenaan dengan standar isi, proses dan kompetensi lulusan
(Depdiknas, 2003: 3).
Matematika disebut sebagai ratunya ilmu. Jadi matematika merupakan kunci
utama dari pengetahuan-pengetahuan lain yang dipelajari di sekolah. Tujuan dari
pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah
menekankan pada penataan nalar dan pembentukan kepribadian (sikap) siswa agar
dapat menerapkan atau menggunakan matematika dalam kehidupannya (Soedjadi,
2000: 42). Dengan demikian matematika menjadi mata pelajaran yang sangat
penting dalam pendidikan dan wajib dipelajari pada setiap jenjang pendidikan.
Setiap individu mempunyai pandangan yang berbeda tentang pelajaran
matematika. Ada yang memandang matematika sebagai mata pelajaran yang
menyenangkan dan ada juga yang memandang matematika sebagai pelajaran yang
sulit. Bagi yang menganggap matematika menyenangkan maka akan tumbuh
motivasi dalam diri individu tersebut untuk mempelajari matematika dan optimis
dalam menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat menantang dalam pelajaran
matematika. Sebaliknya, bagi yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang
sulit, maka individu tersebut akan bersikap pesimis dalam menyelesaikan masalah
matematika dan kurang termotivasi untuk mempelajarinya. Sikap-sikap tersebut
tentunya akan mempengaruhi hasil yang akan mereka capai dalam belajar.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi intelegensi, motivasi,
kebiasaan, kecemasan, minat, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, keadaan sosial
ekonomi, dan sebagainya (Ahmadi dan Supriyono, 2004: 138).
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan tentang kaitan beberapa faktor
internal pada diri siswa dengan hasil yang dicapai oleh siswa. Faktor-faktor internal
tersebut diantaranya adalah faktor intelektif yaitu kecerdasan siswa dan faktor non
intelektif yaitu motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar siswa.
Faktor intelektif (kecerdasan) mempunyai pengaruh yang cukup jelas dalam
hal pencapaian hasil belajar. Seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan yang
relatif tinggi cenderung lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan
seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan yang relatif rendah. Namun demikian,
faktor kecerdasan bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan prestasi yang
akan dicapai siswa.
Faktor non intelektif diantaranya adalah motivasi dan kebiasaan. Motivasi
merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar guna mencapai prestasi
yang diharapkan. Ini dikarenakan motivasi merupakan pendorong dan penggerak
individu yang dapat menimbulkan dan memberikan arah bagi individu untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuannya. Standar nilai baik
nilai ketuntasan belajar maupun kelulusan yang ditetapkan secara nasional yang
harus dicapai oleh siswa dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan
berprestasi. Serta membuat siswa tertuntut untuk mengubah kebiasaan belajarnya
ke arah yang lebih baik.
Kebiasaan belajar merupakan pola belajar yang ada pada diri siswa yang
bersifat teratur dan otomatis. Kebiasaan bukanlah bawaan sejak lahir, melainkan
kebiasaan itu dapat dibentuk oleh siswa sendiri serta lingkungan pendukungnya.
Suatu tuntutan atau tekad serta cita-cita yang ingin dicapai dapat mendorong
seseorang untuk membiasakan dirinya melakukan sesuatu agar apa yang
diinginkannya tercapai dengan baik. Kebiasaan belajar yang baik akan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, sebaliknya kebiasaan belajar yang tidak baik
cenderung menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi rendah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru bidang studi
matematika, motivasi siswa kelas X pada tahun ajaran 2005/2006 yang sekarang menjadi kelas XI pada tahun ajaran 2006/2007 dalam belajar matematika secara
umum relatif rendah. Hal ini terlihat dalam hal pengerjaan tugas, jika tidak ada
konsekuensi tugas harus dikumpul maka hanya sebagian kecil saja siswa yang
mengerjakan tugas tersebut. Keadaan tersebut menjadi kebiasaan yang kurang baik
pada diri siswa dalam belajar. Pada kegiatan proses belajar mengajar motivasi siswa
cenderung meningkat apabila mereka diminta mengerjakan tugas yang mereka bisa,
namun akan terjadi hal sebaliknya bila tugas yang diberikan terasa sulit. Adapun
respon siswa dalam kegiatan belajar mengajar tergantung dengan metode yang
digunakan oleh guru. Sementara itu, hasil ujian blok bersama yang diadakan pada
akhir tahun ajaran 2005/2006 menunjukkan tentang ketuntasan belajar matematika
siswa yaitu 70% dari siswa kelas X tahun ajaran 2005/2006 tuntas dan 30% belum
tuntas, sedangkan kriteria keberhasilan adalah 85 % siswa tuntas dalam belajar.
Dari uraian di atas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian tentang
‘Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi Berprestasi dan Kebiasaan
Belajar Matematika Siswa dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Semester
1 Kelas XI IPA A SMA Negeri 6 Kota Bengkulu’.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan pokok dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan siswa dengan
prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6
kota Bengkulu?
2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi siswa
dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA
Negeri 6 kota Bengkulu?
3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan belajar matematika
siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A
SMA Negeri 6 kota Bengkulu?
4. Apakah ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan, motivasi
berprestasi dan kebiasaan belajar matematika siswa dengan prestasi belajar
matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara tingkat
kecerdasan siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI
IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara motivasi
berprestasi siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI
IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara kebiasaan
belajar matematika siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1
kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.
4. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara tingkat
kecerdasan, motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar matematika siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA
Negeri 6 kota Bengkulu.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sumbangan bagi guru matematika tentang hubungan tingkat kecerdasan,
motivasi berprestasi, kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar
matematika siswa.
2. Memberikan masukan bagi siswa agar termotivasi untuk belajar matematika
dan meningkatkan prestasinya serta mendorong siswa untuk membentuk
kebiasaan belajar matematika yang lebih baik.
3. Dapat menambah pengetahuan peneliti tentang hubungan tingkat kecerdasan,
motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar
matematika.
1.5 Batasan Istilah
1. Kecerdasan (intelegensi) adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,
berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
2. Motivasi berprestasi adalah rangkaian dorongan yang menggerakkan seseorang
untuk melakukan keinginan yang dilandasi adanya tujuan mencapai prestasi
yang baik.
3. Kebiasaan belajar matematika adalah cara belajar matematika yang telah
dilakukan secara rutin dan berulang-ulang yang bersifat teratur dan seragam
serta tetap dengan sendirinya.

4. Prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah
mengalami proses belajar mengajar matematika yang dinyatakan dalam hasil
tes.

Download selengkapnya disini

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KANDUNGAN KIMIA MINYAK ATSIRI TUMBUHAN Pandanus amaryllifolius Roxb.


PENDAHULUAN







1.1. Latar Belakang

Indonesia  termasuk  tujuh  negara  di  dunia  yang  memiliki  54%  dari  seluruh sumber  daya genetik tumbuhan. Keanekaragaman genetik ini merupakan aset nasional dan sangat berharga  jika ditinjau dari senyawa kimia bahan alam yang dikandungnya. Namun demikian potensi kimia  dari sebagian sumber daya genetik ini belum banyak diselidiki. 1
Hutan tropik Indonesia memiliki 20.000 spesies tumbuhan tingkat tinggi, akan

tetapi baru sekitar 1.500 spesies yang telah diteliti kandungan kimianya. 2

Menurut  Jeffrey  (1992),  Indonesia  merupakan  negara  yang  kaya  akan  jenis tumbuhan  yang diperkirakan mencapai sekitar 25.000 jenis atau lebih dari 10 % jenis flora dunia. Ditambah dengan jumlah jenis lumut dan ganggang yang berjumlah ± 35.000 jenis, 40 % diantaranya merupakan jenis yang endemik atau hanya terdapat di Indonesia saja.  Dengan  tingginya  kekayaan  alam  yang   dimiliki  Indonesia  dan  dilihat  dari keanekaragaman tumbuhan yang ada, memungkinkan untuk ditemukannya beraneka jenis senyawa kimia, walaupun beberapa senyawa kimia itu telah banyak  ditemukan, tetapi berdasarkan sejarah penemuan dan pengembangan telah membuktikan bahwa  peluang untuk terjadinya temuan-temuan baru sangat besar.3

Senyawa metabolit sekunder merupakan sumber bahan kimia yang tidak akan pernah  habis, sebagai sumber inovasi dalam penemuan dan pengembangan obat-obat



baru ataupun untuk menunjang berbagai kepentingan industri. Hal ini terkait dengan keberadaannya di alam yang tidak terbatas jumlahnya. Sejalan dengan hal itu dan diikuti oleh  keberadaan organisme yang juga tidak terbatas jumlahnya, maka topik penelitian bahan alam juga tidak akan pernah habis. Ini didukung pula oleh fakta bahwa di muka bumi ini terdapat kurang lebih 250.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi, akan tetapi tidak lebih dari 0,4 % dari jumlah tumbuhan tersebut yang telah diselidiki oleh peneliti untuk berbagai  kepentingan.  Sebagian  besar  dari  penelitian  itupun  masih  sangat  dangkal sifatnya atau belum menyeluruh, lagi pula terbatas  pada tumbuhan yang terdapat di daerah beriklim sedang. Dari 250.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi seperti dikemukan di atas,  54  %  diantaranya  terdapat  di  hutan-hutan  tropika  dan  Indonesia  dengan  hutan tropikanya yang mengandung lebih dari 30.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi  sangat potensial untuk diteliti dan dikembangkan oleh para peneliti Indonesia.1

Penelitian  bahan  alam  terdiri  dari  beberapa  tahap,  yaitu  mulai  dari  tahap ekstraksi,  fraksinasi  dengan  metode  kromatografi  sampai  diperoleh  senyawa  murni, identifikasi  unsur  dari  senyawa  murni  yang  diperoleh  dengan  metode  spektroskopi, dilanjutkan dengan uji aktivitas biologi,  baik dari senyawa murni ataupun ekstrak kasar. Setelah  struktur  molekulnya  diketahui  dilanjutkan  dengan  modifikasi  struktur  untuk mendapatkan senyawa dengan aktivitas dan kestabilan yang diinginkan.12

Disamping  itu  dengan  kemajuan  bidang  bioteknologi,  dapat  juga  dilakukan peningkatan kualitas tumbuhan atau organisme melalui kultur jaringan atau pembentukan menjadi  tumbuhan  transgenik  yang  tentunya  juga  akan  menghasilkan  berbagai  jenis senyawa  metabolit  sekunder  baru  yang  beraneka  ragam  dan  mungkin  juga  dengan



struktur molekul yang berbeda dengan yang ditemukan dari tumbuhan awalnya.9  Dengan demikian peluang penelitian dalam bidang bahan alam tidak terbatas.


Pengembangan potensi bahan alam di Indonesia didukung oleh kebijakan serta program  riset  dan  teknologi  (ristek)  dari  pemerintah  dimana  Kementrian  Riset  dan Teknologi telah  menetapkan 6 (enam) Bidang Prioritas Riset dan Teknologi Nasional untuk tahun 2004-2009 yakni  di bidang ketahanan pangan, ketersediaan energi, sistem transportasi nasional, teknologi informasi  dan komunikasi, pertahanan dan keamanan, serta pembangunan kesehatan. Bidang-bidang prioritas itu oleh lembaga pelaksana teknis diterjemahkan menjadi rencana strategis. Beberapa lembaga  tersebut antara lain LIPI, BATAN, dan BPPT.8 Indonesia memiliki sumber daya alam hayati yang sangat potensial untuk dikembangkan atau diteliti. Keanekaragaman tumbuhan di Indonesia  merupakan aset yang sangat besar terutama kandungan minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman- tanaman  di  Indonesia.  Namun  demikian  sampai  saat  ini,  industri  minyak  atsiri  di Indonesia masih merupakan industri yang baru, yang hanya mampu menyediakan bahan baku  dan  kemudian  langsung  diekspor,  sedangkan  perdagangan  dunia  saat  ini  kian berkembang ke arah sintesa  turunan atsiri untuk penggunaan yang lebih spesifik dan bernilai ekonomis. Untuk itu penelitian ini memfokuskan pada isolasi minyak atsiri dari suatu tanaman, sehingga dihasilkan bahan kimia yang potensial dan memiliki nilai jual tinggi. Minyak atsiri yang sudah dikaji antara lain minyak nilam, cengkeh, akar wangi, pala, kayu manis, dan sereh.4

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS