PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia termasuk tujuh negara di dunia yang memiliki 54% dari seluruh sumber daya genetik tumbuhan. Keanekaragaman genetik ini merupakan aset nasional dan sangat berharga jika ditinjau dari senyawa kimia bahan alam yang dikandungnya. Namun demikian potensi kimia dari sebagian sumber daya genetik ini belum banyak diselidiki. 1
Hutan tropik Indonesia memiliki 20.000 spesies tumbuhan tingkat tinggi, akan
tetapi baru sekitar 1.500 spesies yang telah diteliti kandungan kimianya. 2
Menurut Jeffrey (1992), Indonesia merupakan negara yang kaya akan jenis tumbuhan yang diperkirakan mencapai sekitar 25.000 jenis atau lebih dari 10 % jenis flora dunia. Ditambah dengan jumlah jenis lumut dan ganggang yang berjumlah ± 35.000 jenis, 40 % diantaranya merupakan jenis yang endemik atau hanya terdapat di Indonesia saja. Dengan tingginya kekayaan alam yang dimiliki Indonesia dan dilihat dari keanekaragaman tumbuhan yang ada, memungkinkan untuk ditemukannya beraneka jenis senyawa kimia, walaupun beberapa senyawa kimia itu telah banyak ditemukan, tetapi berdasarkan sejarah penemuan dan pengembangan telah membuktikan bahwa peluang untuk terjadinya temuan-temuan baru sangat besar.3
Senyawa metabolit sekunder merupakan sumber bahan kimia yang tidak akan pernah habis, sebagai sumber inovasi dalam penemuan dan pengembangan obat-obat
baru ataupun untuk menunjang berbagai kepentingan industri. Hal ini terkait dengan keberadaannya di alam yang tidak terbatas jumlahnya. Sejalan dengan hal itu dan diikuti oleh keberadaan organisme yang juga tidak terbatas jumlahnya, maka topik penelitian bahan alam juga tidak akan pernah habis. Ini didukung pula oleh fakta bahwa di muka bumi ini terdapat kurang lebih 250.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi, akan tetapi tidak lebih dari 0,4 % dari jumlah tumbuhan tersebut yang telah diselidiki oleh peneliti untuk berbagai kepentingan. Sebagian besar dari penelitian itupun masih sangat dangkal sifatnya atau belum menyeluruh, lagi pula terbatas pada tumbuhan yang terdapat di daerah beriklim sedang. Dari 250.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi seperti dikemukan di atas, 54 % diantaranya terdapat di hutan-hutan tropika dan Indonesia dengan hutan tropikanya yang mengandung lebih dari 30.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi sangat potensial untuk diteliti dan dikembangkan oleh para peneliti Indonesia.1
Penelitian bahan alam terdiri dari beberapa tahap, yaitu mulai dari tahap ekstraksi, fraksinasi dengan metode kromatografi sampai diperoleh senyawa murni, identifikasi unsur dari senyawa murni yang diperoleh dengan metode spektroskopi, dilanjutkan dengan uji aktivitas biologi, baik dari senyawa murni ataupun ekstrak kasar. Setelah struktur molekulnya diketahui dilanjutkan dengan modifikasi struktur untuk mendapatkan senyawa dengan aktivitas dan kestabilan yang diinginkan.12
Disamping itu dengan kemajuan bidang bioteknologi, dapat juga dilakukan peningkatan kualitas tumbuhan atau organisme melalui kultur jaringan atau pembentukan menjadi tumbuhan transgenik yang tentunya juga akan menghasilkan berbagai jenis senyawa metabolit sekunder baru yang beraneka ragam dan mungkin juga dengan
struktur molekul yang berbeda dengan yang ditemukan dari tumbuhan awalnya.9 Dengan demikian peluang penelitian dalam bidang bahan alam tidak terbatas.
Pengembangan potensi bahan alam di Indonesia didukung oleh kebijakan serta program riset dan teknologi (ristek) dari pemerintah dimana Kementrian Riset dan Teknologi telah menetapkan 6 (enam) Bidang Prioritas Riset dan Teknologi Nasional untuk tahun 2004-2009 yakni di bidang ketahanan pangan, ketersediaan energi, sistem transportasi nasional, teknologi informasi dan komunikasi, pertahanan dan keamanan, serta pembangunan kesehatan. Bidang-bidang prioritas itu oleh lembaga pelaksana teknis diterjemahkan menjadi rencana strategis. Beberapa lembaga tersebut antara lain LIPI, BATAN, dan BPPT.8 Indonesia memiliki sumber daya alam hayati yang sangat potensial untuk dikembangkan atau diteliti. Keanekaragaman tumbuhan di Indonesia merupakan aset yang sangat besar terutama kandungan minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman- tanaman di Indonesia. Namun demikian sampai saat ini, industri minyak atsiri di Indonesia masih merupakan industri yang baru, yang hanya mampu menyediakan bahan baku dan kemudian langsung diekspor, sedangkan perdagangan dunia saat ini kian berkembang ke arah sintesa turunan atsiri untuk penggunaan yang lebih spesifik dan bernilai ekonomis. Untuk itu penelitian ini memfokuskan pada isolasi minyak atsiri dari suatu tanaman, sehingga dihasilkan bahan kimia yang potensial dan memiliki nilai jual tinggi. Minyak atsiri yang sudah dikaji antara lain minyak nilam, cengkeh, akar wangi, pala, kayu manis, dan sereh.4
0 komentar:
Posting Komentar